Pengalaman Belajar Bahasa Inggris di Pare

Aku mau share tentang pengalaman pribadi aku waktu belajar di Kampung Inggris, Pare, Kediri. Jadi rencana untuk belajar bahasa Inggris di Pare tuh udah ada dari jauh-jauh hari sebelum aku lulus kuliah. Yah, sekitaran awal minggu ke-2 bulan Desember 2016lah tepatnya. Aku ke sana sendirian, dan sebelumnya, aku udah seaching lembaga-lembaga kursus apa ajah di sana yang cocok buat aku, tanya-tanya teman juga yang udah pernah ke sana, terus aku daftar deh programnya, sama layanan penjemputan dari Bandara Juanda Surabaya sampe Kampung Inggris secara online.

Jadi sebelum berangkat, aku udah kasih tahu sama pihak yang menyediakan layanan jemputan, tentang jadwal pesawat aku, dengan harapan pas sampe bandara bapaknya udah standby nungguin akunya. Tapi yang terjadi bapaknya malah molor lama, dan pas ketemu, kita masih nungguin beberapa orang lagi dari beberapa daerah yang berbeda karena pesawatnya belum nyampe. Kira-kira sekitaran 4 jam-an menunggu baru deh mobilnya berangkat ke Pare. Terus karena kita berangkat udah sorean jadi jalannya hari itu macet, belum lagi hujan selama perjalanan, akhirnya kita sampai di Kampung Inggris sekitaran jam 9 malam gitu. Untungnya lembaga yang aku daftar itu masih buka, karena kebetulan malam itu lagi ada pengajian.

Sampai di officenya, orang yang ada di office bilang aku baru bisa registrasi besoknya, jadi malam itu aku langsung dianterin sama mbaknya yang ternyata adalah tutor di situ langsung ke dorm (asrama). Sesampainya di asrama, aku ketemu sama anak-anak lama yang kursus di lembaga itu. Mereka sebagian udah mau selesai, sebagian lagi mau pindah dorm karena naik tingkat. Jadi kalau di lembaga aku tuh, setiap naik tingkat (level), dorm kita juga akan beda lagi. Berdasarkan pengalaman pribadi aku, karena aku ambilnya program yang 4 bulan (disini disebut program collaboration), di bulan pertama aku tinggal di Green Castle, bulan kedua di Alfatah House, bulan ketiga di Assalam, dan bulan keempat aku lupa nama dormnya heheh....

Saat registrasi, aku dikasih selebaran tentang syarat dan ketentuan, beserta jadwal selama belajar di lembaga itu. Tapi, karena akunya daftar online, berarti aku udah bayar biaya kursus dan setuju dengan ketentuan-ketentuan mereka. Jadi, aku tinggal di suruh tanda tangan dua rangkap, 1 buat aku dan satu lagi buat mereka. Di lembaga tempat aku belajar ini (TEST English School), kita punya 6 sesi belajar dari jam 5.30 pagi sampai jam 10 malam, selang waktu istrahatnya cuman buat makan sama jam shalat. Mulai jam 5.30  sampai 7.00 kelas memorizing, jam 8.30 sampai 10.00 kelas conversation, jam 10.30 sampai 11.30 kelas drilling, jam 13.00 sampai 14.30 kelas writing, jam 15.30 sampai jam 17.00 kelas speaking dan terakhir jam 19.30 sampai 20.00 kelas mulltimedia. Jadwal ini berlaku di bulan pertama dan kedua atau pada level foundation dan integrated sajah.

Yaah, lumayan padat dan melelahkan, tapi buat yang benar-benar serius belajar lembaga ini sangat reccomend buat aku. Belum lagi tiap hari kita mesti buat video dari kelas memorizing dan speaking, tugas writing minimal 250 kata di level foundation atau di bulan pertama buat aku, lalu 500 kata di level integrated (temanya ditentukan tiap hari berbeda) dan tugas-tugas dari kelas lain yang mesti diselesaikan hari itu juga. Di minggu kedua, untuk kelas conversation kita diwajibkan untuk "around Pare", yaitu berkeliling Pare untuk menemukan pathner conversation kita dari lembaga kursus lain dan membahas masalah yang telah ditentukan temanya. Kita juga diwajibkan membuat videonya dan diupload pada jadwal yang telah ditentukan. Awalnya, aku tuh rada-rada nggak PD, tapi lama-lama jadi terbiasa. Di hari sabtu dan minggu libur, tapi ada jadwal scoring untuk IELTS dan TOEFL untuk mengukur sejauh mana perkembangan kita. Fyi walaupun sabtu dan minggu libur, kita dilarang berkeliaran atau liburan keluar dari kawasan Pare. Kalau ketahuan, kita bisa kena punishment dan itu macam-macam bisa disuruh nulis minimal ribuan kata, dikasih audio dalam bahasa Inggris terus kita disuruh typewriting isi audionya dan sebagainya yang intinya  masih berhubungan dengan bahasa Inggris. Jadi kalau yang benar-benar serius belajar, aku rasa lembaga ini juga cocok buat kalian, tapi kalau yang setengah-setengah sebaiknya dipertimbangkan lagi, karena dari pengalaman aku banyak yang belajar di sini programnya belum tuntas udah kabur karena nggak sanggup.

Di bulan ketiga dan keempat kita disuruh pilih buat fokus TOEFL atau IELTS. Sistem belajarnya juga udah berubah. Kita lebih banyak scoring dan mereview soal-soal TOEFL atau IELTS dan cara pemecahan-pemecahannya. Untuk saya yang belajar IELTS kelas speaking tetap ada, dan pada malam hari kita dikelompokkan menjadi grup yang lebih kecil lagi buat membahas speaking atau writing. Jadi di level ini aku belajarnya memorizing, writing, speaking, reading, listening khusus IELTS.

Kira-kira begitulah gambaran kegiatan belajar aku selama di Pare. Untuk biaya kursus aku selama 4 bulan totalnya Rp.3.500.000,- udah termasuk dormnya. Makanan relatif murah di bawah Rp.15.000,-udah dapat makanan yang rasanya lumayan. Sewa sepeda aku dapatnya Rp.75.000,-/bulan dan itu bisa beda-beda tergantung jenis sepeda dan tempat kita sewanya. Sepeda buat aku penting banget karena ke supermarket aku naik sepeda, ke pasar,  terus "Around Pare" yang kayak tadi aku jelasin sama buat jalan-jalan keliling Pare pas hari sabtu atau minggu.

Overall, begitulah pengalaman pribadi aku selama belajar di Pare...
     
    

Komentar